Gunung Bur Ni Telong Meningkat Aktivitasnya, Pendaki dan Warga Diminta Menjauh
bebasketik.com – Gunung Bur Ni Telong, yang terletak di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, saat ini tengah menjadi sorotan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) resmi mengumumkan adanya peningkatan aktivitas vulkanik yang cukup signifikan di gunung tersebut sejak akhir pekan lalu. Pemerintah dan pihak berwenang langsung mengimbau masyarakat sekitar, khususnya para pendaki, untuk tidak mendekati area kawah demi keselamatan.
Gunung Bur Ni Telong bukanlah nama asing bagi para pencinta alam. Meski tidak seterkenal Semeru atau Rinjani, gunung ini kerap jadi tujuan favorit pendaki lokal karena jalur pendakiannya yang menantang sekaligus indah. Tapi kondisi kali ini berbeda. Peningkatan suhu, keluarnya asap putih pekat, hingga terekamnya tremor ringan menjadi sinyal kuat bahwa gunung ini sedang aktif dan berpotensi erupsi.
Meningkatnya aktivitas Gunung Bur Ni Telong membuat topik ini langsung masuk ke trending Google Trends Indonesia. Banyak yang mencari informasi terbaru tentang status gunung ini, termasuk apakah aman untuk dikunjungi atau perlu dihindari sepenuhnya.
Mengenal Gunung Bur Ni Telong: Si Gunung Sunyi yang Aktif
Gunung Bur Ni Telong merupakan gunung api aktif yang berada di dataran tinggi Gayo, Provinsi Aceh. Dengan ketinggian sekitar 2.600 meter di atas permukaan laut (mdpl), gunung ini berada dalam kategori stratovolcano. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari permukiman warga membuatnya jadi perhatian khusus bila terjadi peningkatan aktivitas.
Meski jarang terdengar dibanding gunung-gunung aktif lainnya, Bur Ni Telong memiliki riwayat aktivitas vulkanik yang cukup serius. Gunung ini tercatat pernah mengalami erupsi pada tahun 1937 dan beberapa kali menunjukkan gejala kegempaan serta keluarnya gas belerang dalam dekade terakhir.
Karena itu, saat PVMBG mencatat adanya peningkatan aktivitas berupa gempa vulkanik dangkal dan asap putih setinggi 200–300 meter dari kawah, pihak berwenang langsung meningkatkan statusnya menjadi Waspada atau Level II. Artinya, gunung ini belum meletus, tapi potensi letusan sedang meningkat dan masyarakat diminta siaga.
Rincian Gejala Vulkanik yang Terjadi Sejak Awal Agustus
PVMBG melaporkan bahwa dalam kurun waktu 3 hari terakhir, telah terekam peningkatan signifikan dalam parameter aktivitas Gunung Bur Ni Telong. Berikut beberapa data penting yang dirilis:
-
Tremor menerus dengan amplitudo rendah hingga sedang, mengindikasikan gerakan magma menuju permukaan.
-
Asap putih tebal setinggi 300 meter dari kawah utama, konsisten selama 3 hari berturut-turut.
-
Suhu kawah meningkat, berdasarkan pengukuran menggunakan kamera termal dan satelit.
-
Gempa vulkanik dalam dan dangkal bertambah jumlahnya, dari hanya 1–2 per hari menjadi 6–8 kali per hari.
Kondisi ini mendorong Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bener Meriah dan tim SAR setempat untuk memperketat pengawasan di radius 3 km dari kawah. Semua aktivitas pendakian, termasuk wisata edukasi dan religi yang kerap dilakukan warga lokal, untuk sementara dihentikan.
Imbauan Resmi: Warga dan Pendaki Dilarang Mendekat
Dalam pernyataan resminya, Kepala PVMBG, Hendra Gunawan, menjelaskan bahwa warga yang tinggal di sekitar lereng gunung diminta untuk meningkatkan kewaspadaan. Radius bahaya sementara ditetapkan sejauh 3 kilometer dari pusat kawah.
“Kami minta masyarakat, terutama petani dan pendaki, untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius tersebut. Aktivitas gas dan suhu meningkat drastis,” tegas Hendra dalam rilis resmi PVMBG.
Sementara itu, Kepala BPBD Bener Meriah, Drs. Husaini, mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan TNI dan Polri untuk melakukan patroli dan menutup akses jalur pendakian sementara.
“Kami juga sudah menyiapkan skenario evakuasi cepat jika dalam waktu dekat terjadi erupsi kecil maupun letusan besar,” jelasnya.
Potensi Dampak Erupsi Gunung Bur Ni Telong
Meski belum ada letusan, potensi dampaknya sudah diperhitungkan. Berikut beberapa hal yang bisa terjadi jika gunung ini benar-benar meletus:
-
Hujan Abu Ringan ke Sedang
Jika arah angin mengarah ke barat atau selatan, abu vulkanik bisa menyebar ke wilayah pemukiman dan lahan pertanian, mengganggu kesehatan dan produktivitas warga. -
Aliran Lahar Dingin dan Panas
Jika erupsi disertai hujan lebat, risiko lahar dingin sangat besar. Aliran ini bisa menghantam pemukiman di lereng gunung dan menimbulkan korban. -
Gangguan Ekonomi Warga Sekitar
Banyak warga Bener Meriah menggantungkan hidup dari hasil pertanian kopi dan sayuran di lereng gunung. Jika aktivitas pertanian terganggu karena penutupan jalur, mata pencaharian mereka akan terdampak.
Antisipasi dan Tindakan Darurat yang Sudah Disiapkan
Pemerintah daerah, PVMBG, dan BPBD telah menyusun langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi segala kemungkinan, mulai dari skenario terburuk hingga mitigasi jangka panjang.
-
Simulasi evakuasi di beberapa desa rawan seperti Wih Pesam, Burni Telong, dan Bener Kelipah.
-
Pemasangan rambu peringatan dan alat monitoring tambahan di sekitar jalur pendakian dan pemukiman.
-
Sosialisasi langsung ke warga mengenai apa yang harus dilakukan saat erupsi terjadi, termasuk evakuasi mandiri dan titik kumpul.
Masyarakat juga diminta aktif melaporkan jika ada bau belerang menyengat, suara gemuruh, atau perubahan visual di kawah yang mencurigakan.