Strategi Pemerintah Mengembangkan Pariwisata Hijau Indonesia 2025: Keberlanjutan, Inovasi, dan Tantangan

pariwisata hijau

Pendahuluan

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan alam dan budaya luar biasa. Keindahan pantai, hutan tropis, gunung, dan keanekaragaman hayati menjadikannya magnet wisatawan internasional. Namun, selama bertahun-tahun, pengembangan pariwisata Indonesia cenderung berorientasi pada pertumbuhan kuantitas wisatawan, bukan kualitas dan keberlanjutan lingkungan.

Akibatnya, muncul berbagai masalah: kerusakan lingkungan di destinasi populer, penumpukan sampah, over-tourism, dan ketimpangan ekonomi masyarakat lokal. Menyadari ancaman ini, sejak awal 2020-an pemerintah mulai menggeser arah kebijakan ke pariwisata hijau Indonesia, yakni model pariwisata yang menekankan keberlanjutan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan perlindungan budaya lokal.

Tahun 2025 menjadi tonggak penting ketika pemerintah menetapkan strategi nasional pengembangan pariwisata hijau sebagai prioritas utama. Artikel panjang ini akan membahas secara mendalam strategi tersebut: latar belakang kebijakan, implementasi di lapangan, inovasi teknologi yang mendukung, dampak ekonomi-sosial, serta tantangan yang harus dihadapi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pariwisata hijau Asia Tenggara.


Latar Belakang Perlunya Pariwisata Hijau

Ada beberapa faktor utama yang mendorong pemerintah mengembangkan pariwisata hijau Indonesia.

Degradasi Lingkungan

  • Kerusakan terumbu karang akibat wisata menyelam massal.

  • Penebangan hutan dan pembangunan tidak terkendali di kawasan wisata.

  • Masalah sampah plastik di pantai dan pulau wisata.

Overtourism

  • Destinasi seperti Bali, Labuan Bajo, dan Borobudur mengalami kelebihan pengunjung.

  • Infrastruktur tidak mampu menampung lonjakan wisatawan sehingga menurunkan kualitas lingkungan dan pengalaman wisata.

Krisis Iklim

  • Pariwisata penyumbang emisi karbon signifikan dari transportasi udara dan darat.

  • Pemerintah ingin menurunkan jejak karbon sektor pariwisata.

Perubahan Tren Global

  • Wisatawan global kini lebih memilih destinasi ramah lingkungan dan berkelanjutan.

  • Sertifikasi green tourism menjadi nilai jual penting dalam industri pariwisata.


Prinsip Pariwisata Hijau

Pariwisata hijau Indonesia mengacu pada prinsip global sustainable tourism:

  • Ramah Lingkungan — mengurangi dampak negatif terhadap alam.

  • Berkelanjutan Secara Ekonomi — memberikan manfaat langsung ke masyarakat lokal.

  • Pelestarian Budaya — melindungi dan mempromosikan warisan budaya lokal.

  • Pendidikan dan Kesadaran — mendidik wisatawan untuk berperilaku bertanggung jawab.

Pendekatan ini tidak hanya melestarikan alam, tapi juga menciptakan kesejahteraan inklusif.


Strategi Pemerintah Mengembangkan Pariwisata Hijau

Pemerintah merumuskan strategi nasional untuk mempercepat transformasi ke pariwisata hijau pada 2025.

1. Regulasi dan Kebijakan

  • Penyusunan Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Nasional 2025–2035.

  • Integrasi prinsip keberlanjutan dalam seluruh perizinan pariwisata.

  • Insentif pajak untuk pelaku usaha yang menerapkan standar hijau.

  • Penerapan kuota pengunjung di destinasi rentan.

2. Penguatan Infrastruktur Hijau

  • Pembangunan fasilitas ramah lingkungan: energi surya, pengolahan air limbah, dan pengelolaan sampah terpadu di destinasi wisata.

  • Revitalisasi transportasi umum ramah lingkungan (bus listrik, sepeda, kendaraan berbasis baterai).

  • Pembangunan jalur pejalan kaki dan sepeda di kawasan wisata.

3. Pelibatan Masyarakat Lokal

  • Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mengelola destinasi.

  • Pelatihan masyarakat menjadi pemandu wisata, pengelola homestay, dan pengrajin suvenir.

  • Skema bagi hasil pendapatan pariwisata untuk pembangunan desa.

4. Promosi dan Sertifikasi

  • Program Green Tourism Certification untuk hotel, restoran, dan operator wisata.

  • Kampanye nasional “Visit Indonesia Responsibly” untuk menarik wisatawan ramah lingkungan.

  • Partisipasi aktif di forum global pariwisata berkelanjutan.


Contoh Implementasi di Lapangan

Sejumlah destinasi mulai menjadi percontohan pariwisata hijau Indonesia.

Desa Nglanggeran, DIY

  • Mengelola wisata gunung api purba berbasis komunitas.

  • Menerapkan pembatasan jumlah pengunjung harian.

  • Warga mendapat 60% pendapatan wisata.

Desa Penglipuran, Bali

  • Menjadi desa wisata bebas kendaraan bermotor.

  • Menerapkan manajemen sampah berbasis rumah tangga.

  • Menggunakan dana wisata untuk pelestarian adat.

Taman Nasional Komodo, NTT

  • Menerapkan kuota kunjungan harian.

  • Membangun dermaga ramah lingkungan dan pusat edukasi konservasi.

  • Mengembangkan ekowisata berbasis satwa endemik.

Contoh-contoh ini membuktikan bahwa pendekatan hijau dapat diterapkan tanpa mengurangi daya tarik wisata.


Inovasi Teknologi dalam Pariwisata Hijau

Transformasi pariwisata hijau Indonesia juga didukung teknologi digital.

  • Aplikasi Smart Tourism: mengatur kuota wisatawan, tiket online, dan edukasi perilaku ramah lingkungan.

  • Sistem Monitoring Lingkungan: sensor kualitas air dan udara untuk memantau dampak wisata.

  • Energi Terbarukan: panel surya untuk hotel dan fasilitas umum.

  • Pengelolaan Sampah Digital: aplikasi insentif daur ulang sampah wisata.

Teknologi membuat manajemen destinasi lebih efisien, transparan, dan minim dampak negatif.


Dampak Ekonomi Pariwisata Hijau

Banyak pihak khawatir pariwisata hijau mengurangi keuntungan karena membatasi pengunjung. Faktanya, justru sebaliknya.

  • Wisatawan Berkualitas Tinggi: pengeluaran per wisatawan meningkat karena fokus pada pengalaman, bukan jumlah.

  • Pendapatan Stabil: destinasi terjaga kualitasnya sehingga menarik wisatawan dalam jangka panjang.

  • Pertumbuhan UMKM Lokal: homestay, kerajinan, dan kuliner lokal berkembang pesat.

  • Penciptaan Lapangan Kerja Hijau: pemandu ekowisata, tenaga konservasi, dan teknisi energi bersih.

Pariwisata hijau menciptakan ekonomi sirkular yang lebih merata dan tahan krisis.


Dampak Sosial dan Budaya

Selain ekonomi, pariwisata hijau juga memperkuat modal sosial masyarakat.

  • Meningkatkan rasa bangga masyarakat terhadap budaya lokal.

  • Memperkuat gotong royong melalui pengelolaan kolektif destinasi.

  • Mencegah urbanisasi karena anak muda bisa bekerja di desa wisata.

  • Menjaga harmoni antara wisatawan dan warga lokal.


Tantangan yang Dihadapi

Meski menjanjikan, ada sejumlah tantangan besar dalam mengembangkan pariwisata hijau Indonesia.

Investasi Awal Tinggi

Pembangunan infrastruktur hijau (panel surya, sistem daur ulang) butuh biaya besar.

Kurangnya SDM Terlatih

Masih sedikit tenaga kerja yang menguasai manajemen destinasi berkelanjutan.

Kesadaran Pelaku Usaha

Sebagian pelaku wisata masih mengejar keuntungan jangka pendek dan enggan berinvestasi dalam keberlanjutan.

Perubahan Perilaku Wisatawan

Butuh waktu untuk mendidik wisatawan agar disiplin menjaga lingkungan dan menghargai budaya lokal.


Masa Depan Pariwisata Hijau Indonesia

Tahun 2025 menjadi awal transformasi jangka panjang.

  • Pemerintah menargetkan 500 destinasi bersertifikasi hijau pada 2030.

  • Pariwisata diharapkan menjadi penyumbang devisa tanpa merusak lingkungan.

  • Indonesia ingin menjadi pusat pariwisata berkelanjutan Asia Tenggara.

  • Generasi muda lokal mulai dilibatkan sebagai pelaku utama untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang.

Jika konsisten, pariwisata Indonesia tidak hanya mendatangkan devisa, tetapi juga menjaga warisan alam dan budaya untuk generasi mendatang.


Penutup

Pariwisata hijau Indonesia adalah jalan tengah antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Pemerintah telah mengambil langkah strategis: regulasi ketat, pembangunan infrastruktur hijau, pemberdayaan masyarakat, dan promosi global.

Meski menghadapi tantangan investasi, SDM, dan kesadaran, transformasi ini penting untuk menyelamatkan masa depan industri pariwisata nasional. Jika semua pihak bergerak bersama, Indonesia bisa menjadi model sukses dunia dalam membangun pariwisata yang ramah lingkungan, inklusif, dan berkelanjutan.


Referensi