Pendahuluan
Generasi Z (Gen Z), yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini menjadi kekuatan ekonomi baru di Indonesia. Pada tahun 2025, mayoritas Gen Z telah memasuki usia produktif dengan daya beli signifikan dan pengaruh besar terhadap arah tren pasar. Mereka tumbuh dalam era digital, terhubung dengan internet sejak kecil, dan terbiasa mengakses informasi serta bertransaksi secara daring.
Fenomena ini membawa perubahan mendasar pada pola konsumsi generasi Z. Mereka tidak hanya berbeda dalam cara membeli, tetapi juga dalam nilai-nilai yang memandu keputusan konsumsi: kesadaran sosial, keberlanjutan lingkungan, preferensi pengalaman dibanding barang, dan ketergantungan pada teknologi.
Artikel panjang ini akan membahas secara mendalam tentang perubahan pola konsumsi generasi Z di Indonesia pada 2025: latar belakang budaya digital mereka, preferensi konsumsi, pengaruh media sosial, dampaknya bagi industri, serta tantangan yang dihadapi pelaku usaha dalam memahami perilaku generasi ini.
Karakteristik Umum Generasi Z Indonesia
Untuk memahami pola konsumsi generasi Z, kita harus memahami karakter dasarnya.
-
Digital Native — Gen Z tumbuh bersama internet, media sosial, dan smartphone. Mereka sangat melek teknologi.
-
Multitasking dan Cepat Bosan — Terbiasa berpindah antar aplikasi, menonton konten pendek, dan menuntut layanan instan.
-
Kritis dan Melek Informasi — Mudah membandingkan produk, membaca review, dan mengkritisi brand.
-
Peduli Nilai Sosial — Tertarik pada isu lingkungan, inklusivitas, keberagaman, dan kesetaraan gender.
-
Mementingkan Pengalaman — Lebih suka menghabiskan uang untuk pengalaman (wisata, konser, festival) daripada barang mewah.
Karakter-karakter ini menjadi dasar pembentukan perilaku konsumsi mereka.
Perubahan Cara Berbelanja
Gen Z mengubah cara orang Indonesia berbelanja secara fundamental.
Dominasi Belanja Online
-
90% Gen Z Indonesia berbelanja online secara rutin.
-
Mereka menggunakan marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dan TikTok Shop.
-
Lebih suka pembayaran digital seperti e-wallet, QRIS, dan paylater.
Preferensi Mobile
-
Hampir semua transaksi dilakukan lewat smartphone.
-
Aplikasi menjadi jalur utama pembelian, bukan toko fisik.
On-Demand dan Same-Day Delivery
-
Terbiasa layanan cepat: pesan hari ini harus tiba hari ini.
-
Hal ini mendorong tumbuhnya logistik cepat dan dark store di perkotaan.
Pergeseran Preferensi Produk
Pola konsumsi generasi Z juga ditandai oleh perubahan jenis produk yang diminati.
Produk Ramah Lingkungan
-
Memilih produk yang memiliki label ramah lingkungan, cruelty-free, atau sustainable.
-
Menghindari brand yang mencemari lingkungan atau melanggar etika.
Produk Lokal
-
Bangga menggunakan produk UMKM lokal yang unik dan otentik.
-
Lebih percaya brand lokal yang dekat secara emosional dibanding brand multinasional besar.
Fashion dan Gaya Hidup
-
Fashion menjadi sarana ekspresi identitas diri.
-
Lebih suka fast fashion yang affordable namun trendy.
-
Mulai berkembang minat pada thrifting (baju preloved) karena murah dan ramah lingkungan.
Makanan dan Minuman
-
Menyukai makanan kekinian (boba, kopi susu, makanan Korea/Jepang).
-
Gemar mencoba kuliner baru dan mengikuti tren viral makanan di media sosial.
Peran Media Sosial dalam Pola Konsumsi
Media sosial menjadi faktor paling dominan dalam membentuk pola konsumsi generasi Z.
Influencer dan Key Opinion Leader
-
Keputusan pembelian banyak dipengaruhi ulasan influencer di TikTok dan Instagram.
-
Brand menggandeng micro-influencer karena dianggap lebih autentik.
Konten Visual dan Video Pendek
-
Gen Z lebih merespons konten video singkat daripada iklan panjang.
-
Mereka ingin melihat produk dipakai secara nyata, bukan sekadar foto katalog.
Komunitas Digital
-
Gen Z membentuk komunitas daring berbasis minat (fashion, skincare, K-pop, gaming).
-
Rekomendasi komunitas lebih dipercaya daripada iklan resmi.
Nilai-Nilai yang Mempengaruhi Konsumsi
Keputusan belanja Gen Z tidak hanya rasional, tapi juga emosional dan ideologis.
-
Keaslian (Authenticity) — Mereka menghindari brand yang terlalu komersial atau palsu.
-
Keberlanjutan (Sustainability) — Menilai jejak lingkungan produk.
-
Keadilan Sosial — Menghargai brand yang mendukung kesetaraan gender, keberagaman, dan inklusi.
-
Personal Branding — Membeli produk yang bisa mencerminkan identitas mereka di media sosial.
Nilai-nilai ini membuat Gen Z cenderung mendukung brand yang memiliki “purpose”, bukan sekadar menjual barang.
Dampak terhadap Industri dan Pasar
Perubahan pola konsumsi generasi Z membawa dampak besar terhadap berbagai sektor industri.
Ritel
-
Toko fisik berubah jadi tempat experience (showroom) bukan tempat belanja utama.
-
Banyak mal beralih ke konsep lifestyle center dengan food court dan hiburan.
E-commerce
-
Lonjakan pesanan dari Gen Z mendorong inovasi logistik, sistem pembayaran digital, dan fitur live shopping.
Industri Makanan dan Minuman
-
Restoran berlomba menciptakan menu viral yang instagramable.
-
Muncul bisnis cloud kitchen dan layanan pesan antar berbasis aplikasi.
Industri Fashion
-
Pertumbuhan pesat brand lokal yang agresif di media sosial.
-
Perubahan cepat tren memaksa produsen mempercepat siklus produksi.
Tantangan bagi Pelaku Usaha
Bagi perusahaan, memahami pola konsumsi generasi Z tidak mudah karena perilaku mereka sangat dinamis.
-
Cepat Beralih Brand — Loyalitas rendah, mudah pindah ke brand lain yang lebih menarik.
-
Sensitif Harga — Suka diskon, cashback, dan promo bundling.
-
Ekspektasi Tinggi — Menuntut pelayanan cepat, responsif, dan personal.
-
Konten Harus Kreatif — Brand harus terus berinovasi dalam konten pemasaran agar tidak ditinggal.
Pelaku usaha harus lincah, kreatif, dan dekat dengan komunitas digital untuk merebut hati Gen Z.
Masa Depan Konsumsi Gen Z
Ke depan, pola konsumsi generasi Z akan semakin digital, personal, dan berbasis nilai.
-
Teknologi AI dan big data akan digunakan untuk memprediksi preferensi mereka secara individual.
-
Social commerce (belanja langsung dari media sosial) akan menjadi arus utama.
-
Produk berkelanjutan akan menjadi standar, bukan keunggulan diferensiatif lagi.
-
Generasi Alpha yang datang setelah Gen Z akan mewarisi pola belanja digital ini sejak usia sangat dini.
Perusahaan yang gagal beradaptasi akan tertinggal karena Gen Z akan menjadi mayoritas konsumen Indonesia dalam dekade ini.
Penutup
Pola konsumsi generasi Z Indonesia di era digital 2025 mencerminkan pergeseran besar dalam dunia pemasaran. Gen Z mengutamakan pengalaman, keaslian, keberlanjutan, dan teknologi. Mereka membeli lewat smartphone, dipengaruhi influencer, dan menuntut layanan cepat serta personal.
Perubahan ini memaksa industri untuk bertransformasi total: dari ritel, makanan, fashion, hingga jasa keuangan. Meski menantang, pasar Gen Z menawarkan peluang besar bagi brand yang berani inovatif, adaptif, dan relevan secara emosional dengan nilai-nilai generasi ini.